Esports mengalami tren pertumbuhan yang pesat yang telah berlangsung lebih dari sepuluh tahun. Industri ini menarik investasi miliaran dolar dan perhatian dunia berkat hadiah yang semakin besar, arena yang selalu penuh, dan minat penonton Generasi Z. Merek, modal ventura, dan bahkan tim olahraga tradisional berbondong-bondong masuk ke industri ini, semua berharap mendapatkan bagian dari kue yang sering disebut sebagai masa depan olahraga. Namun, seiring dengan meredanya hype dalam beberapa tahun terakhir, tantangan baru bagi ekosistem esports muncul: membuktikan bahwa esports dapat lebih dari sekadar tontonan dan berkembang menjadi bisnis yang berkelanjutan dalam jangka panjang.
Pergeseran dari adrenalin ke akuntabilitas sudah berlangsung dengan baik. Banyak organisasi esports terkemuka telah mengurangi aktivitasnya, memberhentikan karyawan, atau menjalani restrukturisasi. Era pengeluaran tak terkendali dan penilaian berlebihan kini digantikan oleh model yang lebih efisien, di mana keuntungan, pendapatan stabil, dan penargetan audiens yang cerdas menjadi prioritas utama. Sementara perbandingan sering dibuat dengan bidang-bidang glamor seperti streaming atau game online, esports kini dihadapkan pada realitas pasar yang berkembang, di mana stabilitas menjadi kata kunci baru.
Era Hype: Investasi Lebih Besar, Harapan Lebih Tinggi
Esports mengalami ledakan investasi antara tahun 2015 dan 2021. Potensi tak terbatas digambarkan melalui kesepakatan sponsor bernilai jutaan dolar, model waralaba city-based, dan munculnya arena esports di seluruh dunia. Penerbit seperti Riot Games dan Activision Blizzard menyelenggarakan liga kompetitif dalam bentuk olahraga tradisional, dengan hak siar yang dijamin dan keuntungan dari penjualan merchandise.
Diamonds MLBB Termurah!




















Operasi tim selama periode ini didanai melalui puluhan juta dolar berdasarkan proyeksi pendapatan masa depan, bukan berdasarkan kondisi keuangan saat ini. Momentum ini dipertahankan untuk beberapa waktu. Stadion olahraga dipenuhi penonton, jumlah penonton di Twitch dan YouTube mencapai rekor tertinggi, dan tokoh-tokoh terkenal mulai berinvestasi dalam organisasi esports.
Model bisnis yang telah menopang sebagian besar pertumbuhan ini, bagaimanapun, lemah. Banyak organisasi sangat bergantung pada pendapatan sponsor dan tidak mampu mengembangkan aliran pendapatan yang beragam. Hadiah uang tunai tidak teratur, pendapatan dari merchandise seringkali rendah, dan pendapatan streaming juga bergantung pada layanan streaming yang fluktuatif. Seiring dengan perubahan lingkungan makroekonomi dan pengeluaran iklan yang semakin ketat, celah-celah dalam model tersebut mulai terlihat.
Orientasi Baru: Keuntungan daripada Prestise
Alih-alih mengejar dominasi global dengan membayar daftar pemain mahal dan anggaran konten yang besar, sejumlah tim mulai fokus pada game-game inti dan menargetkan kelompok penonton spesifik. Bukan lagi tentang hadir di mana-mana secara bersamaan, tetapi tentang membangun basis penggemar yang setia dan ekosistem mikro yang menguntungkan, terutama dalam game-game seperti Valorant, League of Legends, atau CS: GO. Dengan esports yang telah melewati siklus hype dan menyusut menjadi ukuran yang lebih terkelola, kematangan operasional juga meningkat.
Organisasi mulai mendiversifikasi aliran pendapatan mereka dan lebih fokus pada pembuatan konten, produk online, langganan, dan kemitraan lokal. Tim mulai membangun pusat kinerja dan akademi pelatihan yang tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan talenta, tetapi juga sebagai bentuk keterlibatan komunitas. Langkah-langkah ini menunjukkan perspektif jangka panjang yang berfokus pada pengembangan pemain, merek lokal, dan pendapatan berulang.
Peran Publisher dalam Mendefinisikan Ulang Sebuah Value
Publisher memiliki peran khusus dalam esports. Berbeda dengan liga olahraga konvensional, di mana pengelolaan liga terpisah dari permainan, liga esports dioperasikan oleh perusahaan yang sama yang memegang hak kekayaan intelektual. Hal ini telah menghasilkan inovasi dan gesekan. Dengan melambatnya pendapatan, penerbit mulai mengevaluasi kembali posisi mereka sebagai pengelola liga, distributor konten, dan penjaga gerbang komersial.
Beberapa penerbit telah melonggarkan kendali mereka, menyediakan ekosistem yang lebih terbuka atau sistem pembagian pendapatan untuk memungkinkan pendekatan yang lebih fleksibel bagi tim dan kreator. Yang lain telah melangkah lebih jauh dengan mengendalikan hak siar dan menjual konten secara langsung. Faktor yang menyatukan adalah pergerakan menuju kerja sama praktis, dengan keberlanjutan semua pihak yang terlibat, termasuk penerbit, tim, dan platform pihak ketiga, kini menjadi prioritas.
Strategi Lokalisasi dan Liga Regional
Munculnya liga regional dan branding lokal merupakan salah satu tren paling menjanjikan dalam evolusi berkelanjutan esports. Esports sedang berkembang pesat di pasar baru seperti Asia Tenggara, Amerika Latin, dan India, namun dengan struktur biaya dan perilaku penggemar yang sangat berbeda dibandingkan dengan Amerika Utara atau Eropa.
Organisasi yang sebelumnya berfokus pada status internasional kini beradaptasi untuk menyesuaikan diri dengan situasi lokal. Mereka juga berkolaborasi dengan selebriti lokal, memproduksi konten yang disesuaikan dengan bahasa lokal, dan bekerja sama dengan sponsor lokal. Pendekatan lokal ini tidak hanya membuat biaya operasional lebih terjangkau tetapi juga membuatnya lebih relevan, memungkinkan tim untuk membangun kelompok penggemar yang lebih kuat.
Di negara-negara yang mengutamakan gaming mobile, fokus beralih ke game seperti Mobile Legends, PUBG Mobile, dan Free Fire, yang memerlukan pendekatan berbeda dibandingkan esports berbasis PC. Perpindahan ke platform mobile juga membuka peluang baru dalam pemasaran dan monetisasi melalui hubungan dengan operator telekomunikasi, integrasi aplikasi, dan penjualan langsung ke konsumen.
Visi Jangka Panjang: Integrasi Media, Infrastruktur, dan Kreator
Di masa depan, perusahaan esports yang paling sukses mungkin tidak lagi mirip dengan tim olahraga tradisional. Sebaliknya, mereka kemungkinan akan beroperasi sebagai perusahaan media hibrida, gabungan antara tim kompetitif, studio konten, dan inkubator merek. Saat ini, beberapa organisasi telah mulai memanfaatkan bakat mereka untuk menciptakan konten gaya hidup, meluncurkan lini pakaian, atau berkolaborasi dengan musisi dan streamer dalam acara lintas platform.
Integrasi kreator ke dalam organisasi esports bukan hanya tren, tetapi juga perkembangan yang diperlukan. Influencer membawa audiens dan tingkat keterlibatan yang biasanya lebih dapat dipercaya daripada penonton pertandingan langsung. Tim dapat mengakses sumber pendapatan baru dengan menjual sponsor, pertunjukan langsung, dan bahkan produk digital bermerk bersama dengan membawa kreator ini ke dalam merek mereka.
Ada juga perubahan infrastruktur. Alih-alih membangun stadion mahal, sebagian besar tim berinvestasi dalam infrastruktur online, platform penggemar, analisis data, dan program keanggotaan yang mengubah penonton sekali pakai menjadi anggota komunitas seumur hidup.
Jalan Menuju Esports yang Berkelanjutan
Bab kedua esports sedang berlangsung. Bab pertama didorong oleh pertumbuhan yang pesat dan hype yang tak terbendung. Keberlanjutan, strategi, dan eksekusi yang cerdas akan menjadi elemen kunci berikutnya. Hal ini tidak akan terwujud melalui headline atau hadiah rekor, melainkan melalui operasional yang efisien, basis penggemar, dan model bisnis.
Tim dan perusahaan yang melakukan perubahan ini sudah mulai menulis ulang buku panduan, bukan untuk mengejar tren sesaat, tetapi untuk menciptakan sesuatu yang abadi. Esports tidak akan mati. Ini hanyalah proses pertumbuhan.